Hanyalah
Mimpi
Seorang
gadis bernama Yerina yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu
merupakan hal yang baik, tapi tak akan selalu menjadi hal baik jika dilakukan
secara berlebihan. Rasa ingin tahunya yang besar menuntun dirinya menuju ke
dunia mimpi yang menyeramkan. Namun, dibalik pengalaman buruk yang dialaminya,
terdapat makna yang sangat penting tersembunyi didalamnya.
Aku
membuka mataku. Aku duduk. Kemudian aku mengedarkan pandanganku ke sekitarku,
yang ada hanya pohon-pohon dan semak belukar. “Dimana ini?” tanyaku dengan
bingung. Sadarlah aku, ini HUTAN. “Mengapa aku bisa ada di tengah hutan di
malam hari begini?” Rasa bingung melanda diriku. Apa yang terjadi hingga aku
bisa disini? Apa aku diculik dan dibuang kesini? Aku bangkit berdiri. Aku
memutuskan untuk mencari jalan keluar dari hutan ini.
“Sial” kataku, ada banyak semak
belukar. Tanahnya juga licin dan basah. Kelihatannya hujan telah mengguyuri
hutan ini. Aku akan terpeleset jika tak berhati-hati. Di hutan ini juga gelap,
hanya ada sinar bulan yang menyinari setiap langkahku di hutan ini. Entah langkahku
ini akan membawaku kemana, aku harap itu adalah jalan keluar. Jika aku bisa
mendapat jalan keluar dari hutan ini, dan kemudian menemukan seseorang. Aku bisa
bertanya padanya, dimana ini dan bagaimana caranya agar aku bisa kembali ke
rumahku.
Aku terus menyusuri hutan ini. Tak
ada tanda-tanda adanya ujung dari hutan ini. Aku terus berjalan. Aneh, pikirku.
Kelihatannya hutan ini semakin gelap. Semakin susah bagiku untuk melihat jalan
maupun pohon yang ada di sekitarku sekarang. Butuh waktu lama bagiku untuk
menyadari penyebabnya. Tentu saja, jelas sekali mengapa hutan ini semakin
gelap. Pohon-pohon di area ini, jauh lebih rindang dibanding dengan pohon-pohon
di daerah sebelumnya. Disini, pohon-pohon menghalangi jalan masuk sinar bulan.
Aku sudah berjalan cukup jauh, tapi tak ada
ujungnya, tak ada desa ataupun penduduk disini. Aku berpikir keras, disini
semakin gelap, aku tak bisa melihat yang ada di sekelilingku sekarang. Asumsiku bahwa aku telah masuk lebih dalam ke
hutan, bukan sebaliknya. Aku menggeleng frustasi. Aku salah jalan. Baru saat
aku berpikir untuk berbalik arah, aku terjatuh. Entahlah dari mana aku
terjatuh. Mungkin jurang. Satu-satunya yang bisa kusyukuri bahwa aku tak
terluka. Aku tak bisa melihat apapun, bahkan dimana aku sekarang, aku juga tak
tahu. Dalam hati, aku meringis, ingin rasanya aku berteriak memanggil ayah dan bundaku. Tapi aku tahu, itu percuma saja. Memangnya siapa yang akan berada di
tengah-tengah hutan di malam hari begini. Aku tahu jelas jawabannya, TAK ADA
seorangpun.
Setidaknya disini tak segelap diatas
jurang sana. Hah! Desahku. Mau tak mau aku harus terus berjalan kedepan,
berharap menemukan desa atau mungkin gubuk, aku bertanya-tanya mungkinkah ada
orang yang mau tinggal di tengah hutan, di daerah terpencil dan tak berpenghuni
ini? Kemudian, seolah-olah hutan ini menjawab pertanyaanku. Aku tak percaya
dengan apa yang kulihat, bahkan bukan gubuk yang bisa kudapatkan disini,
melainkan sebuah rumah besar bagaikan istana yang berukuran sangat lebar dan
tinggi. Menabjubkan, kata yang tak sengaja kulontarkan dari mulutku. Dengan
tatapan kagum, kuperhatikan rumah itu. Siapa kiranya yang membangun rumah
sebesar itu disini? Dengan langkah sedikit berlari, kulangkahkan kakiku ke
rumah itu. Sejenak itu, perhatianku terserap penuh ke arah rumah itu. Sampai
tepat di depan rumah itu, berada cukup dekat hingga membuat bulu kudukku
merinding. Aku terkesiap, terkejut. Aku mendapat firasat bahwa rumah ini
berbahaya. Intuisiku menyarankan diriku untuk menjauhinya.
Dari
jauh, rumah ini memang terlihat luas dan megah. Tapi dari dekat, rumah ini terlihat tak terurus, diabaikan oleh
pemiliknya. Mungkin rumah ini tak berpenghuni, pikirku. Setidaknya tak dihuni
oleh manusia, mengingat bulu kudukku merinding tadi. Mungkin ada makhluk halus
atau sebangsanya yang tinggal disini. Aku harus segera menyingkir dari tempat
ini, batinku.
Tiba-tiba
rasa ingin tahuku muncul. Melihat rumah megah ini, aku berharap dapat masuk dan
melihat isinya. Mungkin penampilan rumah ini menakutkan. Tapi itu tak sebanding
dengan rasa ingin tahuku sekarang. Aku merasa berdebar-debar. Menanti untuk
melihat isi dalam rumah itu. Aku mengetuk pintu rumah itu, berharap ada
seseorang yang akan membuka pintunya. Jika ada pemilik rumahnya, aku juga bisa
meminta bantuannya mengantarku pulang atau setidaknya aku bisa meminjam teleponnya
sebentar untuk menelepon orang tuaku. “Sambil menyelam minum air” seruku senang. Tak hanya bisa melihat isi
rumah ini, aku juga bisa pulang.
Telah
kuketuk berulang kali, tapi tak ada jawaban. “Permisi”, seruku dengan kencang.
Berharap suaraku cukup kencang untuk sampai ke dalam rumah ini. Tapi tetap tak
ada jawaban. Kuputuskan untuk mecoba masuk. Kucoba membuka pintunya. Ternyata
pintunya tak terkunci. Aku masuk melewati pintu itu, berpikir mungkin memang
tak ada yang tinggal disini.
Kulayangkan
padanganku ke seluruh ruangan, ruangannya gelap. Tak bisa kulihat bagaimana
bentuknya maupun isi ruangan ini. Samar-samar kulihat ada sedikit cahaya yang
terpancar kemari dari arah lebih dalam rumah ini. Sekarang rasa ingin tahuku
bahkan meningkat lebih dari sebelumnya. Di ruangan bercahaya itu, aku pasti
dapat melihat sudut-sudut rumah ini dengan jelas, pikirku.
Aku
memasuki rumah ini lebih dalam lagi. Berusaha mendekati darimana cahaya itu
berasal. Aku berjalan dituntun oleh cahaya samar itu, hingga sampailah aku di ruangan
penuh cahaya itu. Kusapukan pandanganku dari satu sudut ke sudut lain ruangan
itu. “Astaga!”, hanya hal itu yang dapat
kukatakan. Seolah-olah yang kulihat ini adalah fenomena. Ruangan ini terang
meskipun tak ada satupun lampu di ruangan ini. Seolah-olah cahaya ini terpancar
dari dinding-dinding ruangan ini. Dinding-dinding pemancar cahaya, semburku
dari mulutku.
Ruangan
ini seperti ruangan pada umumnya. Ruangan persegi berukuran yang sedang dengan
berhiaskan foto pria muda yang dipajang di dinding, lemari, sofa, meja,
televisi, serta DVD player. Hanya satu yang kurang, yang paling kubutuhkan,
TELEPON RUMAH. Aku benar-benar tak beruntung. Bagaimana bisa di ruangan ini tak
ada telepon, seruku dengan kesal. Mungkin aku harus mencari di ruangan lain,
pikirku.
Aku
berpikir untuk mencari telepon rumah. Saat aku berbalik arah untuk menuju
ruangan pertama tadi, kupikir ada bayangan yang terlintas dibelakang ku. Rasa
takut kurasakan, aku merinding tapi juga penasaran, dengan pelan kulayangkan
pandangan ke belakang. Terlihatlah olehku, sesosok wanita muda. Kulihat dia
kaget melihatku. Kupikir, kekagetan nya dikarenakan ada orang asing di
rumahnya.
Maka
aku segera minta maaf karena lancang masuk rumahnya tanpa permisi. “Maaf”,
kataku dengan agak canggung. “aku masuk kedalam sini, karena kupikir tak ada
orang. Sudah kuketuk pintunya berulang kali, tapi tak ada balasan” jelasku.
Wanita itu tak membalas perkataan ku. “Aku minta maaf karena lancang. Tapi
bisakah anda meminjamkan aku sebuah telepon?”, pintaku. Aku menunggu jawaban
darinya. Tapi tak ada satu katapun yang dikeluarkan.
Kutatap
wanita ini dengan penasaran. Ada yang aneh dengan wanita yang berdiri diam
seperti patung ini. Tatapan matanya kosong dan tak fokus. Secara fisik, wanita
yang kira-kira berumuran 18-an ini cantik. Dia tinggi dan rupawan juga berkulit
putih pucat. Tubuhnya yang berbalut dress polos putih itu cukup membuat
siapapun yang melihatnya merinding. Aku yakin akan hal itu. Dia terlihat
seperti HANTU.
Kemudian
terlihatlah olehku luka bekas ikatan di lehernya yang dalam, mengindikasikan
apa sebenarnya yang ada dihadapanku, membenarkan pikiran-pikiranku.
Pikiran-pikiran sepintasku itu benar. Dia terlihat seperti hantu karena dia
memang hantu. Aku bergidik ngeri. Aku menatapnya dengan tatapan takut sekarang.
Seolah-olah menangkap dan memahami ekspresiku itu. Wanita itu melayangkan
senyum sinis penuh kemenangannya padaku. Itu membuatnya jauh lebih menakutkan
dari sebelumnya. Sedetik itu, aku benar-benar TAKUT. Entah apa yang akan dia
lakukan padaku, jeritku dalam hati.
Kemudian
aku berlari dengan kencang keluar rumah ini. Berharap tak ada apapun yang bisa
mencegahku keluar dari rumah menyeramkan ini. Aku memacu kakiku lebih cepat
lagi. Aku tak menghentikan lariku meskipun aku sudah berada diluar rumah itu.
Bersyukur karena hantu wanita tadi tak mengejarku. Aku baru menghentikan
langkahku saat aku sampai di tempat setelah aku terjatuh dari jurang tadi. Aku menarik
nafas dalam-dalam. Lelah sekaligus terkejut akan peristiwa tadi.
Aku
bertanya-tanya, dimana ini? Tempat apa ini? Bagaimana caraku untuk pulang?
Kembali ketempat rumahku yang nyaman dan hangat. AKU INGIN PULANG. Aku tak
tahan lagi dengan tempat ini. Tempat ini menyeramkan. Aku ingin bersama orang
tuaku. Aku ingin pulang. Aku mulai meneteskan air mata. Tapi belum sempat aku
menenangkan diriku, aku mendengar suara seseorang memanggilku. Suara BUNDA. Aku
terbangun. Aku duduk di tempat tidurku. Tepat disampingku ada bunda. Aku
terkejut, menyadari bahwa semua yang kualami barusan hanyalah mimpi. Mimpiku
yang menyeramkan.
Bunda
bertanya dengan nada lembutnya padaku, “ada apa? Kamu mimpi buruk ya?”, mendengar
suara bunda benar-benar melegakan. Membuktikan bahwa mimpi burukku benar-benar
telah berakhir. “Iya bunda”, jawabku dengan suara parau. Kemudian bunda
memelukku, sambil menepuk-nepuk punggungku, berusaha untuk menenangkanku. “Udah
ga apa apa, itu hanya bunga tidur, bukan hal nyata. Ga usah takut, Yerina. Bunda
ada disini”. “Iya Bunda”, jawabku lagi pada bunda. Setelah aku merasa lebih tenang, Bunda
menyuruhku untuk tidur lagi. Ini masih tengah malam. Aku harus bangun pagi
untuk bersekolah besok. Kemudian Bunda keluar kamarku, tidak ingin mengganggu
diriku untuk tidur.
Kemudian
aku menyadari penyebab mimpiku malam ini. Ada film yang lagi populer disekolah akhir-akhir ini. Filmnya
benar-benar seram. Aku baru nonton film itu tadi sore. Aku tahu filmnya
menakutkan. Tapi aku penasaran, jadi akhirnya aku nonton film itu walaupun takut.
Pasti aku benar-benar takut, sampai kebawa mimpi. "Astaga", kataku dalam hati.
Setelah
malam ini, aku ga akan mau lagi nonton film yang menakutkan, walaupun aku
sangat penasaran sekalipun. Aku ga mau dapat mimpi kayak gitu lagi. Aku puas
dengan lingkunganku yang sekarang. Aku punya rumah yang nyaman, bunda yang
hangat dan lembut, dan ayah yang baik dan perhatian. Duniaku terasa sempurna
dibanding dunia di mimpiku tadi.
Komentar
Posting Komentar